SELAMAT MEMBACA ARTIKEL PSIKOLOGI TRANSPERSONAL

Thursday, May 31, 2012

Pengambilan Keputusan Pada Remaja


Usia remaja identik dengan kecorobohan dalam pengambilan keputusan. Tetapi, pada masa ini, remaja lebih sering mengambil keputusan dalam hidupnya secara mandiri. Bahkan akan lebih banyak menentang arahan yang bertentangan dengan keinginnannya.

Pada usia remaja akan memutuskan siapakah teman-teman yang akan dipilih, apakah harus meneruskan pendidikan keperguruan tinggi, masalah asmara akan berkembang pada masa ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah remaja sudah mempunyai kompetensi dalam pembuatan keputusan yang diambilnya?

Remaja-remaja yang lebih tua akan lebih kompeten dalam membuat keputusan dibandingkan remaja yang lebih muda. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja-remaja muda lebih suka memunculkan pilihan-pilihan, menguji sesuatu dari perspektif yang bervariasi, mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi keputusan, dan sudah dapat mempertimbangkan kredibilitas sumber dan informasi yang diterimanya.

Sebagian besar orang membuat keputusan-keputusan yang lebih baik ketika mereka dalam suasana tenang, tidak dalam keadaaan emosional. Hal tersebut juga berlaku bagi para remaja. Hal ini yang menghambat remaja dalam pengambilan keputusan yang tepat, karena pada masa remaja, sebagian besar dari mereka masih bersifat emosional yang kuat. Remaja yang membuat keputusan bijaksana pada saat tenang bisa saja membuat keputusan yang cukup menekan, emosi-emosi para remaja dapat melemahkan kemampuan pengambilan keputusan mereka.

Kesanggupan membuat keputusan-keputusan yang kompoten bukanlah jaminan bahwa seseorang dapat melakukannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, dimana banyaknya pengalaman seringkali memiliki peranan penting. Kursus latihan mengemudi misalnya, meningkatkan keterampilan motorik dan kognitif remaja sehingga setingkat dengan (atau bahkan melebihi) orang dewasa. Akan tetapi latihan mengemudi tidaklah mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh remaja. Agenda riset yang penting adalah mempelajari cara-cara remaja mengambil keputusan dalam situasi-situasi yang actual.


Rerefensi:
Santrock, Jonh. W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
fJ � f m PH �G ri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-font-family:Arial;mso-bidi-theme-font: minor-bidi'> 
Suasana Hati yang Berubah-ubah (moods swings)

Masa remaja adalah masa yang labil, dan tidak ada pendirian yang mantap terhadap pilihan sesuatu. Hal ini menyebabkan remaja merasa terombang-ambing jika dihadapkan terhadap sebuah pilihan, dan terkadang sering berubah-ubah. Kedakan emosipun kadang mengalami peubahan, terkadang eksplosif dan terkadang depresif.

Pelanggaran aturan seringkali terjadi pada remaja karena remaja membangun standar dan nilai mereka sendiri, seringkali dengan meniru gaya, tindakan dan sikap dari teman sebaya yang sangat bertentangan dengan gaya dan sikap orang tua mereka. Teman sebaya memegang peranan penting karena mereka mewakili nilai dan gaya generasi yang termasuk dalam kelompok usia remaja tersebut, yaitu generasi dimana remaja akan berbagi pengalaman sebagai orang dewasa nantinya (Bukowski dkk, 2001). Dalam memandang persahabatan teman sebaya, penolakan oleh teman sebaya terasa lebih menyakitkan dibandingkan perlakuan kejam dari orang tua sendiri.



Referensi:

Carol Wide & Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga
Mongks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga

No comments: